Selasa, 30 Agustus 2016

Dakwah dan Etos Kerja


Sebuah Tantangan Bangsa Indonesia Masa Depan
Oleh Sunandar Ibnoe Nur
----------------------------------
Manusia adalah makhluk yang unik yang penuh tanda tanya. Buktinya, ia telah menjadi objek studi sejak dulu hingga sekarang. Dari studi itu ada yang berkesimpulan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal budi (Homo Sapiens), ada pula yang mengatakan sebagai makhluk yang pandai membuat alat perkakas (Homo Fuber), menuangkan fikiran dan perasaannya dalam susunan kata-kata yang indah (Homo Loquen).2
Pendapat-pendapat di atas intinya memperlihatkan adanya beberapa potensi yang dimiliki manusia baik berupa potensi jasmaniah dan panca indera, maupun potensi ruhaniah seperti cipta, rasa dan karsa. Dalam Al Quran dikatakan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan yang paling sempurna, dan tentunya masih banyak lagi Islam yang menerangkan tentang keadaan manusia.
Namun demikian, kenyataan menunjukan bahwa diantara manusia ada yang tergolong mampu (the have) ada yang tergolong miskin (the have not) atau diantara keduanya (the midle class). Perbedaan tersebut ada yang menyatakan karena di sebabkan etos kerja yang dianut masing-masing berbeda-beda.
Etos Kerja dan "n-Ach"
Pengertian kamus pagi perkataan "etos" menjelaskan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang bermakna watak atau karakter. Maka secara lengkapnya etos ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan dan seterusnya. Yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia. Dan dari perkataam etos terambil pula perkataan etika dan etis yang merujuk kepada makan "akhlak" atau bersifat "akhlaqi", yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok. Termasuk suatu bangsa.3 Dalam kamus lain dikatakan bahwa etos berarti jiwa khas suatu kelompok manusia4, yang dari jiwa khas itu berkembang pandangan bangsa tersebut tentang yang baik dan yang buruk, yaitu etikanya.
Sedangkan etos sebagaimana yang dikembangkan Geertz adalah "sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup".5 Dengan kata lain etos adalah merupakan aspek evaluatif yang memberikan bagaimana seharusnya seseorang menata diri dan dunia yang ada disekitarnya dan kemudian terpancar dalam tingkah lakunya sehari-hari. Sikap tersebut muncul karena adanya nilai-nilai pandang yang dianutnya dan oleh psikolog biasa di sebut "virus mental".
Virus mental tersebut ini diberi nama oleh David C. Mc. Clelland dengan istilah "n Ach", singkatan dari "Need for Achivement" yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi.6 Karena itu "n-Ach" ditemukan pada suatu macam pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu dengan baik yang pernah dibuat sebelumnya, yakni lebih efesien, lebih cepat, tidak teeerlalu menguras tenaga dengan hasil yang lebih baik dan sebagainya.unutk mengertahui ada tidaknya n Ach pada seseorang David Mc. Clelland memberikan contoh sebagai berikut: sejumlah orang diminta bercerita guna mendapatkan contoh dari pikiran-pikiran spontan mereka.
Si A bercerita mengenai seorang perjaka yang sedang belajar untuk ujian, tetapi sullit untuk memusatkan pikirannya karena selalu teringat dengan kekasihnya. Si B bercerita mengenai anak muda yang tekun belajar guna memperoleh nilai yang baik dari ujian, karena ia menginginkan untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia belajar sampai larut malam khawatir kalau-kalau tidak dapat menjawab soal-soal ujian dengan benar.
Dari contoh di atas terlihat bahwa si B jelas memiliki pikiran-pikiran yang ber "n ach" lebih besar dari pada si A. si B lebih banyak dijangkiti virus mental tersebut.
Dari hasil perhatian David C. Mc. Clelland, bahwa "n Ach" adalah merupakan salah satu macam etos kerja yang dapat mendorong ke arah pertumbuhan usaha manusia. Khususnya kearah pertumbuhan ekonomi, yakni bagian yang dapat diidentifikasikan dan diukur. Hal tersebut dapat diketahui dari masyarakat eksperiman-Kakinada, suatu kota yang penduduknya kira-kira berjumlah seratus ribu orang di Andha Pradesh, India, di Teluk Benggala.
Penelitian pertama menetapkan bahwa virus"n Ach" lebih cocok untuk disuntikan kepada penduduk yang mengambil profesi sebagai pedagang atau pengusaha, yaitu apabila mereka telah disuntik oleh virus "n Ach", kemungkinan besar mereka secara kongkrit memperoleh manfaat dari peningkatan usahanya. Langkah selanjutnya diputuskan untuk mengundang para pengusaha Kakinada ke ibukota Hyderabad untuk mengikuti suatu kursus swadaya selama sepuluh hari selama suatu tempat yang diberi nama "Small Industries Extention Training", yaitu Lembaga Pendidikan Perluasan industri kecil yang didirikan selain untuk meningkatkan "n Ach", juga untuk pengenalan diri sendiri dan pekerjaannya
Dalam training itu seluruhnya ada 52 orang dalam empat sekelompok yang dilatih secara berkala pada tahun1964. Setelah mereka dilatih ternyata muncul beberapa kasus:
1. diantara mereka banyak yang lebih memperhatikan usahanya setelah kursus tersebut.
2. Ada pula yang lain mulai melakukan pembaharuan. Seorang juru potret misalnya memutuskan untuk beralih kepada usaha dibidang penggosokan kaca mata. Karena di tempat itu tidak terdapat pembuat kaca mata
3. Beberapa orang mulai menanamkan uang mereka dengan cara baru.
Kondisi dan situasi tersebut, merupakan bukti betapa "n Ach" itu amat berpengaruh terhadap perubahan cara berusaha. Kasusnya dibidang ekonomi . dan tentunya secara umum terhadap peningkatan usaha dan kualitas
Etos Kerja dan Masyarakat Kita
Bangsa Indonesia yang nota bene terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan bahasa, masing-masing mempunyai budaya, sikap dan pola hidup secara berbeda yang dengan sendirinya memiliki etos kerja masing-masing. Contohnya seperti mayarakat Padang dan Medan lebih dikenal dengan budaya merantau, bagi masyarakat Betawi, konon ada kecenderungan "makan nggak makan asal kumpul", pada masyarakat Jawa ada ungkapan "alon-alon asal kelakon", sementara bagi masyarakat Sunda dikenal pula budaya "mangga tipayun". Budaya dan istilah-istilah populer yang dimiliki masing-masing suku tersebut, mengundang makna dan etos kerja yang berbeda-beda. Yang pertama dipahami sebagai memiliki semangat kemandirian, yang kedua mewariskan sikap ketergantungan dan kepasifan, yang ketiga memilih jalur lambat asal selamat, mengandung makna kebiasaan untuk selalu mengalah.
Dari bentuk usaha, antara berdagang dan bertani yang sudah begitu melekat pada sebagian besar masyarakat kita. Bila dikaitkan dengan hasil dan etos kerja, maka kedua bentuk usaha tersebut memiliki tipe yang berbeda.
Pada usaha jenis pertama (dagang). Faktor laba rugi menjadi pertimbangan pertama, karenanya ia berusaha agar dengan modal kecil dapat meraih keuntungan yang besar. Untuk itu ia lebih mampu memanfaatkan waktu dan tenaga serta pikiran dan lainnya secara lebih produktif dan efektif. Mereka begitu terbiasa denga istileh "time is money" dan memiliki kemauan untuk terus mengembangkan usahanya serta mencari tahu cara-cara usaha yang lebih baik.
Adapun jenis usaha model kedua (bertani) faktor tersebut di atas tadi lebih kurang diperhatikan. Dalam usaha tipe kedua ini yang penting membawa kepada ketenangan bathin. Bagi orang yang melakukan usaha tipe kedua ini, lebih bnyak waktu yang terbuang percuma. Oleh karenanya lebih sering hidup berkelompok. Gotong royong dan sebagainya. Karena memang mereka memiliki waktu untuk itu. Dampak lain dari memiliki banyak waktu yaitu tiada aktivitas lain yang lebih mengasikan selain bercengkrama dengan isteri yang pada khirnya tidak bisa dihindari anak-anak mereka terus bertambah, setaip tahunnya..
Umat Islam dan Tantangan Bangsa Kita
Tentang peta umat Islam di tanah air tentunya masing-masing kita telah menilainya. Hanya tergabtung kaca mata hitam akan berkata bahwa Islam Indonesia dewasa ini dalam keadaan suram merana dan terpojok. Sedang yang memakai kaca mata putih menilai bahwa keadaan umat Islam Indonesia sekarang ini sangat cerah, bergairah dan menggembirakan. Sehingga akhir-akhir ini muncul semacam clain bahwa karena usaha, pemikiran dan strategi mereka dan kelompok merekalah agama Islam dan umat ini menjadi begitu maju.
Bila kita amati dari fenomena di tanah air yang berkembang, maka dapat kita katakan bahwa secara kuantitatif jumlah sarana ibadah pendidikan dan usaha sosial umat Islam termasuk jama'ahnya dari tahun ke tahun semakin bertambah, termasuk kualitas bangunannya : tokoh-tokoh Islam telah tersebar dihampir setiap kelompok sosial politik dan pemerintahan di tanah air kita ini : secara ceremonial ajaran Islam telah mewarnai hampir setiap segi kehidupan ; kebringasan politik dan kepekaan terhadap lahirnya sempalan-sempalan baru mereka : ukhuwah Islamiyah lebih segar tanpa diganggu oleh kotak-kotak kelompok : kegiatan pendidikan, sosial, pengajian dan pengkajian agama menjadi perhatian khusus dari tokoh-tokoh Islam : sedang kegiatan ekonomi belum mendapatkan bentuknya yang kristal, belum lagi berbicara tentang kualitas etos kerja umat dan bangsa kita.
Menurut Nurcholis Madjid, masalah etos kerja telah menjadi salah satu bahan pembicaraan kita. Pembicaraan itu tidak jarang dalam suasana kuatir bahwa jika kita sebagai bangsa tidak dapat menumbuhkan etos kerja yang baik maka kemungkinan besar bangsa kita akan tetap tertinggal oleh bangsa-bangsa tetangga dalam lingkungan Asia tenggara atau lebih-lebih lagi Asia Timur. Bahkan sudah pula terdengar ramalan yang bernada pesimis bahwa jika kita tidak berhasil menjadi negara maju, maka dalam waktu sekitar seperempat abad yang akan datang, ketika Indonesia menjadi negara industri. Indonesia akan menjadi tidak lebih daripada "backyard" (halaman belakang) kawasan ini.7
Kebetulan pula ada sinyalemen bahwa bangsa memang menderita kelemahan etos kerja itu. Sebuah pemahaman dalam Reader's Digest (sebuah majalah populer konservatif, dan merupakan salah satu dari majalah dengan oplah).8
Lebih lanjut, dalam "kolom" Republika yang berjudul "berani frontal". Amin Rais melihat bahwa heboh kasus Departemen Perhubungan mengandung hikmah, oleh dua majalah asing. Indonesia disebut sebagai negeri yang tingkat korupsinya sudah kelewat gawat. Pak sumitro Djojohadikusumo juga pernah mengatakan bahwa anggaran nasional mengalami kebocoran 30 %.9
Karenanya, Amin Rais sangat menyetujui adanya usulan agar hubungan terhadap menteri perhubungan diusut tuntas. Dan demi keadilan, penyelewengan pejabat-pejabat lain, yang masih menjabat atau sudah berhenti. Juga diusut setuntas-tuntasnya. Selanjutnya, menurut Amin Rais : "yang baik memang memberantas korupsi secara frontal. Dari Mr. X sampai Mr. XXX harus diperlukan sama. Kalau perlakuannya diksriminatif, rakyat Indonesia akan merasa dilecehkan. Tapi beranikah kita memerangi korupsi secara frontal?".10
Demikianlah penutup tulisan Amin Rais yang entah ditujukan kepada siapa dan yang nampaknya juga pesimis untuk memperoleh suatu jawaban.
Bangsa Kita Diantara Negara-negara Sekitar
Setelah memberikan perhatian pada pembersihan mentalitas para pejabat dan pemberantasan korupsi, syarat utama selanjutnya agar bangsa kita bisa bertahan hidup atau survive di tengah-tengah bangsa lain, maka bangsa kita harus secara terus menerus dan berencana mengembangkan dan meningkatkan diri untuk menciptakan hari esok yang lebih baik dalam seluruh lapangan kehidupan.
Bila tidak, maka sebagaimana yang dikhawatirkan oleh Nurkholis Madjid tadi, bangsa akan semakin tertinggal dan hanya akan menjadi "back yard" negara-negara seputar negara kita yang memang telah menjadi negara industri baru.
Tidak bisa dipungkiri bahwa negara-negara industri baru (NIC'S. Newly Industrializing Countries) seputar Indonesia, yaitu Kore Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura. Sering kali dirujuk sebagai " little dragons" (ular-ular kecil). Maksudnya ialah bahwa NIC'S adalah negara-negara konfusianis (penganut ajaran Konghucu, dengan ular naga sebagai binatang mitologis dalam sistem kepercayaan mereka). Dalam kalimat lain disebutkan itu menunjukan anggapan bahwa NIC'S menjadi maju adalah berkat ajaran atau etika Konghucu.
Dengan demikian, maka untuk kemajuan negara-negara tersebut kredit. Pujian dan penghargaan di berikan kepada ajaran Konghuc, dengan pandangan yang hampir memastikan bahwa negara-negara itu maju karena ajaran failasuf ajaran cina itu. Selanjutnya, kesimpulanpun dibuat bahwa etika Konghucumemang relevan. Bahkan mendukung bagi usaha-usaha moderenisasi dan pembangunan bangsa industrial. Begitu juga dalam hal kemajuan masyarakat industri di Barat sering dihubungkan dengan semangat etik Protestan terutama Calvinisme, sedang moderenisasi dan kemajuan industri di Jepang dinilai karena dorongan etika samurai yang bersumber dari agama-agama Budha dan Shintoisme. Nilai-nilai itulah yang meningkatkan kualitas manusia Barat dan Jepang menjadi negara industri modern meskipun sumber alamnya relatif miskin.
Bangsa Indonesia dan Mayoritas Muslim
Bagi negeri kita, kaitan masalah etika kerja dengan agama Islam dan orang-orang muslim dapat dirasakan atau diketahui dengan membuat kesimpilan analogis dari bagaimana umumnya orang melihat NIC'S sebagai little dragon tersebut tadi. Yakni, meskipun di negeri-negeri itu terdapat banyak kelompok masyarakat dengan keyakinan bukan Konghucu (seperti Islam, Protestan, Katolik dll.), namun secara keseluruhan negara-negara itu memang bercirikan khas dan menonjol konfisianisme. (dalam hal Korea Selatan, misalnya ciri konfusianisme negara itu memang terungkap secara dramatis dan besar-besaran dalam tema-temaacara kesenian masal pada upacara pembukaan olimpiade Seoul).
Maka sejalan dengan garis argumen itu Indonesia adalah sebuah negara Muslim, dan bangsa Indonesia adalah bangsa Muslim, yakni sebagai kenyataan kultural dan sosiologis yang menyeluruh dari Sabang sampai Merauke. Sikapnya menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah negara muslim tidak saja merupakan realisme kultural dan sosiologis, tetapi juga sebagai pernyataan bahwa, dalam analisa terakhir, kaum muslim Indonesia dengan ajarannya yang pertama-tama bertanggung jawab atas usaha pembinaan dan pengembangan etos kerja nasional.
Abad di mana kita hidup sekarang ini, di samping lazim disebut zaman nuklir, juga sering disebut dengan era industri komunikasi dan informasi. Dalam dunia yang dikusai oleh industri komunikasi dan informasi yang demikian pesat itu. Sebenarnya agak sulit membatasi dampak apapun yang terjadi antara kota dan desa. Pesan-pesan media massa terutama yang elektronik (radio dan televisi) dalam waktu yang bersamaan memasuki masyarakat kota dan desa. Dikhawatirkan intensitas pengaruhnya lebih membekas pada masyarakat desa dibanding terhadap masyarakat kota yang penuh dengan kebisingan dan kesibukan-kesibukan itu. Dan tantangan -tantangan semacam itu di masa depan akan lebih besar dan kompleks, mempengaruhi seluruh lapangan kehidupan.
Terlebih lagi bila kita melihat realitas sekarang ini, dimana dunia Barat yang non Islam terus berupaya melebarkan sayap pengaruhnya ke dunia ketiga. Termasuk Indonesia untuk suatu tujuan yang hanya mereka sendiri yang mengerti. Karena para generasi muda terpelajar dan intelektual muslim di negeri yang mayoritasnya muslim ini perlu mewaspadai semua perkembangan yang sedang terjadi karena kita tidak ingin terperangkap pada sasaran ideologi dan interes kita sendiri.
Di sinilah mungkin perlunya kaum intelektual muslim Indonesia menyatukan pendapat dan persepsi tentang makna ke-Islaman yang baku, bukan malah berlomba membuat rekaan-rekaan baru yang membuahkan perpecahan umat. Bila umat Islam di Indonesia terpecah-pecah dan menjadi lemah, maka bangsa Indonesia juga berarti menjadi lemah karena mayoritas bangsa ini adalah umat Islam (85 %). Padahal status suatu negara ditentukan oleh status mayoritas rakyatnya bukan oleh status minoritas penduduknya.
Unutk itu perlu dibangkitkan keinsyafan umat Islam Indonesia bahwa maju mundurnya bangsa Indonesia akan mengakibatkan kredit-diskredit kepada agama Islam dan umatnya, sama persis dengan semangat pengertian yang ada di balik penyebutan NIC'S sebagai little dragon. Bersamaan dengan itu pula umat Islam Indonesia perlu memiliki pemantapan aqidah dan kesamaan langkah menyongsong masa depan yang penuh tantangan itu.11
Etos Kerja dan Penghayatan Agama (Islam)
Agama Islam telah dinyatakan oleh Allah sebagai agama yang sempurna dan diridhoi-Nya.12 Pernyataan ini antara lain dapat dilihat dari caranya memandang manusia secara totalitas. Islam mendekati manusia atas dasar yang terdapat dalam dirinya, dan atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan, dan memaksa apapun selain apa yang dijadikan sesuai fitrahnya. Itulah barangkali apa sebabnya Allah menyuruh manusia menghadapkan dirinya kepada agama: "maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.13
Dengan ungkapan lain kesempurnaan Islam dapat pula dilihat dari "kaya" nya dengan sumber motivasi dan inspirasi. Menggerakkan manusia berfikir, mengenal lingkungan, menganalisa keadaan. Islam memuat patokan-patokan atau rumus-rumus agar manusia mampu memanfaatkan potensi dirinya guna memecahkan problem hidup yang dihadapinya.14
Kesempurnaan Islam dapat pula dilihat dari pendapat Prof. DR. Harun Nasution yang mengatakan: "Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia.15 Hal senada diungkapkan pula oleh H.A.R Gibb: "Islam is indeed much more than a system of theology. It is a complete civilization". ( Islam tentunya tidak hanya merupakan suatu sistem keagamaan saja, akan tetapi merupakan suatu kebudayaan yang lengkap).
Pendapat tersebut dapat ditafsirkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap manusia. Adanya ruang lingkup ajaran Islam yang demikian luas itu, merupakan upaya maksimal untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan itulah sebabnya mengapa Allah menyuruh manusia secara total dalam arti seluruh aspek-aspek ajaran Islam itu diperhatikannya. Agar seluruh potensi dirinya mendapat sentuhan dari ajaran Islam.
Abu 'Ala Al Maududi mengatakan: Islam tidak diragukan lagi merupakan kekayaan yang paling berharga. Agama ini telah mengikat diri dan hati, sehingga manusia menjadi umat yang satu, dan tanpa dia tidak mungkin manusia eksis di dunia ini. Ungkapan ini semakin memperkuat betapa besarnya perhatian Islam terhadap pengembangan diri manusia, dan sekaligus meminta manusia agar dirinya dimotivisir oleh Islam.16
Dengan dimotivasi oleh Islam itu, adakah kemungkinan bagi etos kerja sebagaimana diuraikan di atas? Jawabnya tergantung kepada model ajaran Islam itu sendiri serta bagaimana masyarakat kita memandangnya terhadap agama itu. Karena kenyataan sejarah memperlihatkan adanya pemahaman Islam yang tradisional yang dimasuki unsur-unsur penyimpangan dan dibelenggu oleh kepasifan, dan dilain pihak adanya pemahaman Islam yang murni dan modern sesuai dengan semangat Al Quran dan hadits.
Sesuatu masyarakat yang memakai Islam sebagai identitas, seharusnya lebih dinamis dan maju dalam kehidupan ekonomi. Harus ada korelasi yang nyata antara ketaqwaan dan kegairahan ekonomi. Apabila tidak demikian berarti ajaran agamanya tidak mampu mendorong atau memotivasi tumbuhnya "kerja" atau semangat beramal pada umatnya. Ketaqwaan dan ketaatan secara lahiriah nampak itu, mungkin hanya dapat dinilai sebagai ketaatan semu atau sebagai ketaatan untuk keperluan pribadi dan mungkin ketaatan egoistis.
Ada teori tentang hubungan timbal balik antara etos kerja dengan intensitas penghayatan agama suatu umat:
1. Kedalaman penghayatan agamalah yang mendorong tumbuh suburnya etos kerja, sehingga ekonomi umat berkembang maju. Ajaran menolong yang lemah, zakat, infaq hanya mungkin di laksaanakan apabila mereka mampu dan mempunyai kelebihan. Untuk itu mereka harus kuat dalam bidang ekonomi dengan jalan harus bekerja keras. (perhatikan hadits-hadits yang berkenaan dengan hal tersebut yang sering disampaikan dalam ceramah atau khutbah Jum'at).
2. Kehidupan ekonomi yang berkembang maju dalam suatu kelompok umat beragama akan menimbulkan hasrat untuk menghayati agamanyadengan lebih mendalam, sebab dengan ekonomi yang baik kesempatan beribadah lebih lapang, kesempatan untuk meningkatkan sarana keagamaan lebih dimungkinkan dan kebanggaan sebagai umat beragama lebih dapat ditumbuhkan.
3. Memang antara etos kerja dengan ketaatan beragama saling mempengaruhi. Namun tidak perlu dipermasalahkan mana yang lebih dominan. Kenyataan menunjukan bahwa masyarakat umat yang berkecukupan umunya kehidupan agamanya berkembang baik. Sebaliknya masyarakat miskin terbelakang akan sulit mengembangkan kehidupan agamanya. Inilah yang disinyalir oleh Nabi SAW dengan sabdanya: "Kaadal faqru an yakuuna kufron". Dan Sayyidina Ali ra. pun pernah berkata : " Laukaan al faqru rojulan laqottaltuhu". Andaikan kemiskinan itu berbentuk manusia maka sungguh akan kubunuh.
Karena itu manusia beriman haruslah bekerja keras dan aktif, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Isra: 84: Katakan (hai Muhammad) : "setiap orang bekerja sesuai dengan kecenderungannya (bakatnya)…", juga dalam Q.S. Al Insyirah: 7-8 : "Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".
Demikianlah semoga ini semua dapat dijadikan sebagai bahan renungan kita bersama. Oleh karena itu marilah kita renungi kembali pesan Rosulullah bahwa: "Allah mencintai hambanya yang bekerja keras secara teliti dan cermat. Dengan kecermatan, mutu pekerjaan akan dapat dipertanggung jawabkan."
=====================================
1 Penulis adalah Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2 Syahid Mu'amar Pulungan, Manusia dalam Al-Quran, (Bandung: PT. Bina Ilmu, 1984), h. 15
3 Webster's New World Dictionary of the American Language, 1990 (revisi baru), s.v. "Etos", "Etical dan Etics".
4 John M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, 1997, Gramedia,. S.V. "etos".
5 C. greetz, Ethos, World View and The Analysis of sacred" Symbol dalam Interpretation of culture, New York, Basic Book, Inc., 1973, h.126
6 David C. Mc. Clelland, Dorongan Hati Menuju Moderenisasi dalam buku "Moderenisasi Dinamika Pertumbuhan", Editor Myron Weiner, Gajah Mada University Press, cet. III, 1981, h. 2
7 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Yayasan wakaf Paramadina, Jakarta, 1992, h. 410
8 Louis Kraar, "The New Power's Of Asia", dalam Reader's Digest, edisi Asia (Singapore, Hongkong, Tokyo), Vol.52, Desember 1988, h. 44.
9M.Amin Rais, Harian Republika, kolom : Berani prontal, senin, 18 Desember 1996, h. 6.
10 Ibid
11 Sebuah seminar nasional tentang etika Konghucu modern, dengan para pembicara yang umumnya terdiri dari para ahli kecinaan (Sinologi) dari berbagai perguruan tinggi Amerika, yang diselenggarakan di Singapura pada tahun 1982. Hasilnya dibukukan oleh Tu Wei Ming, Confucian Ethics Today, the Singapore Chalenge, penerbitan Federal ( Singapore : Curriculum Development of Singapore), 1984
12 Fuad Amsyari, Islam Kaafah, Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, h.167
13 Lihat Q.S. Al Maidah : 3
14 Lihat Q.S. Ar Rum : 30
15 Harun Nasution, Islam Ditintau Dari Berbagi Aspeknya, vol. II, UI Press, 1974, h. 24
16 Abul 'Ala Al Maududi, Kemerosotan Umat Islam dan Upaya Pembangkitannya, terjemahan Afif Muhammad, cet. I, 1984, h. 8.
================================
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Kontributor

Kolom