Mari Belajar dari Kisah Seekor ULAR dan GERGAJI
Alkisah, seekor ular memasuki gudang tempat kerja tukang kayu di sore
hari. Kebiasaan si tukang kayu, membiarkan sebagian peralatan kerjanya
masih berserakan dan tidak merapikannya.
Nah ketika ular itu berjalan kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji.
Tajamnya mata gergaji, menyebabkan perut ular terluka. Tapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.
Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.
Serangan itu menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.
Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya.
Ia pun membelit kuat gergaji itu. Maka tubuhnya terluka amat parah dan akhirnya ia pun mati..
Kadangkala, di saat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi
sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri.
Mengapa? Karena perkataan dan perbuatan di saat marah adalah perkataan
dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali di kemudian hari..
Mari, kita sama-sama belajar untuk tidak marah (atau setidaknya mampu
meredakan marah) terhadap situasi buruk yang mungkin kita alami.
=======================
Lebih jauh kajian tentang MARAH dalam Islam,
jangan lewatkan tulisan berikut ini:
=======================
Lebih jauh kajian tentang MARAH dalam Islam,
jangan lewatkan tulisan berikut ini:
-Jangan marah!" begitu sabda Rasulullah SAW
dalam sebuah hadis yang diriwayat kan Imam Bukhari.
dalam sebuah hadis yang diriwayat kan Imam Bukhari.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang bisa saja marah. Marah adalah
sesuatu yang manusiawi. Lalu apa makna hadis Nabi SAW itu? Ibnu Hajar
dalam Fathul Bani menjelaskan makna hadis itu: "AlKhath thabi berkata,
"Arti perkataan Rasu lullah SAW 'jangan marah' adalah menjauhi
sebab-sebab marah dan hendaknya menjauhi sesuatu yang meng arah
kepadanya." Menurut 'Al-Khaththabi, marah itu tidaklah terlarang, karena
itu adalah tabiat yang tak akan hilang dalam diri manusia.
Nah,
apa yang harus dilakukan seorang Muslim ketika marah? Syekh Abdul Azis
bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul Aadaab alIslamiyah,
mengungkapkan hendak nya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang
berkaitan dengan marah. Berikut adab-adab yang perlu diperhatikan
terkait marah.
Pertama, jangan marah, kecuali karena Allah SWT.
Menurut Syekh Sayyid Nada, marah karena Allah merupakan sesuatu yang
disukai dan mendapatkan amal. Misalnya, marah ketika menyaksikan
perbuatan haram merajalela. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah
diabaikan merupakan contoh marah karena Allah.
"Seorang Muslim
hendaknya menjauhi kemarahan karena urusan dunia yang tak mendatangkan
pahala," tutur Syekh Sayyid Nada. Rasulullah SAW, kata dia, tak pernah
marah karena dirinya, tapi marah karena Allah SWT. Nabi SAW pun tak
pernah dendam, kecuali karena Allah SWT.
Kedua, berlemah lembut
dan tak marah karena urusan dunia. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan,
sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Ia
mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan
perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan
bisa pula memutuskan silaturahim.
Ketiga, mengingat keagungan dan
kekuasaan Allah SWT. "Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan
keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah," ungkap Syekh Sayyid Nada.
Menurut dia, ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan akan
bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Sesungguhnya,
papar Syekh Sayyid Nada, itulah adab paling bermanfaat yang dapat
menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar).
Keempat, menahan
dan meredam amarah jika telah muncul. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan,
Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya
yang telah muncul. Allah SWT berfirman, " … dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang
yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran:134).
Menurut Ibnu Hajar
dalam Fathul Bahri, ketika kemarahan tengah me muncak, hendaknya segera
menahan dan meredamnya untuk tindakan keji. Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat
meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk.
Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya
dengan siapa yang ia kehendaki." (HR Ahmad).
Kelima, berlindung
kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, "Jika seseorang yang marah
mengucapkan; 'A'uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya
akan reda kemarahannya." (HR Ibu 'Adi dalam al-Kaamil.)
Keenam,
diam. Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah, permudahlah, dan jangan
menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia
diam." (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu
yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah
kedengkian.
Ketujuh, mengubah posisi ketika marah. Mengubah
posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW
bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri,
maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka
hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).
Kedelapan, berwudhu atau
mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat
mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. "Maka dari
itu, wudhu, mandi atau semisalnya, apalagi mengunakan air dingin dapat
menghilangkan amarah serta gejolak darah," tuturnya, Kesembilan,
memeberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan
ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para
hamba-Nya "... dan jika mereka marah mereka memberi maaf." (QS
Asy-Syuura:37).
Sesungguhnya Nabi SAW adalah orang yang paling
lembut, santun, dan pemaaf kepada orang yang bersalah. "... dan ia tak
membalas kejahatan dengan kejahatan, namun ia memaafkan dan memberikan
ampunan... " begitu sifat Rasulullah SAW yang tertuang dalam Taurat,
kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa AS.
REPUBLIKA.CO.ID,
REPUBLIKA.CO.ID,
0 komentar:
Posting Komentar