Jumat, 02 September 2016

Memaknai Haji Agar Tak Hanya Sekadar Gelar




------------------------------------------
Kamis 25 Aug 2016, 19:00 WIB
Laporan Dari Arab Saudi
Rachmadin Ismail - detikNews.
Resent by Sunandar Ibnu Nur.
------------------------------------------
Makkah - Para jemaah Indonesia diingatkan agar memahami makna filosofi haji sebenarnya, yakni menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bersih. Datang ke Tanah Suci setelah penantian sekian lama jangan diniatkan hanya untuk mencari gelar haji atau hajah.
Hal ini disampaikan dalam acara pengajian tim konsultan bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah bersama para jemaah Indonesia dari kloter 6 embarkasi Surabaya (SUB 06), Kamis (25/8/2016). Ada sekitar ratusan jemaah lelaki dan wanita memadati tempat salat di Hotel Dar Hadi di kawasan Aziziyah, Makkah, tempat tinggal mereka.
Para jemaah ini berasal Bangkalan, Madiun, dan Surabaya. Mereka berkumpul untuk mendengarkan pengajian dari Kasi Bimbingan Ibadah Tawwabuddin, Koordinator Konsultan Bimbingan Ibadah Prof. Aswadi, serta anggota konsultan lainnya.
Hal yang pertama diingatkan adalah pentingnya niat haji untuk memperbaiki diri dan membersihkan hati. Bukan mencari gelar untuk dibanggakan kepada tetangga, atau niat lainnya.
Dalam ceramahnya, KH Ihsanuddin Abdan menjelaskan proses perjalanan ibadah haji, mulai dari mengambil miqat dan niat di tempat pemondokan masing-masing, perjalanan menuju Arafah, Muzdalifah, Mina, hingga Tawaf Ifadlah, Sai, dan Tahallul. Satu persatu proses haji kemudian dijelaskan oleh kyai yang juga pengasuh Ponpes Awaliyah Alawi Magelang ini. Saat wukuf di Arafah, Kyai Ihsan mengingatkan para jemaah untuk memanfaatkan momen tersebut guna memohon ampunan dan berdoa.
Ratusan jemaah lelaki dan wanita memadati tempat salat di Hotel Dar Hadi di kawasan Aziziyah, Makkah (Rachmadin Ismail/detikcom)
"Selama ini mungkin kita sering berbuat zalim kepada anak istri, keluarga, tetangga, dan lainnya. Saat itu kita mohon ampunan dan yakin kalau Alah mengampuni," ujarnya.
"Akui kezaliman dan ketidakberdayaan kita. Barangsiapa mengerti kezaliman dan kedlaifan kita, maka dia akan tahu bahwa Allah lah Yang Maha Segalanya," tambahnya.
Hal sama disampaikan oleh Prof. Aswadi. Menurutnya, wukuf berarti berhenti. Karenanya, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengajak jemaah untuk melangitkan harapan kepada Allah agar diberi kemampuan meninggalkan yang tidak benar. Harapan lainnya adalah agar diberi kekuatan istiqamah sehingga bisa melaksanakan nilai-nilai Islam yang diajarkan Rasulullah sepanjang zaman.
"Setelah meminta kemampuan meninggalkan yang tidak benar dan melaksanakan yang baik harapan lainnya adalah supaya setiap kita dapat mengembangkan kebaikan kepada orang lain sehingga mereka yang saat ini sedang mengalami kesulitan mendapat kemudahan dari Allah," ujar Aswadi.
Sementara mengambil kerikil di Muzdalifah dimaknai sebagai mengambil penyakit di hati yang paling dalam. Setelah itu, kerikil berisi penyakit hati dibuang di jamarot. Dengan demikian, setelah prosesi haji, hati kita akan bersih dari sifat-sifat buruk.
"Ini juga momentum penting untuk menjaga kebersihan dan ketulusan dan membuangnya dengan rido Allah SWT," tambah Aswadi.
Karena itu, dia mengingatkan agar para jemaah melakukan ritual haji dengan sungguh-sungguh. Doa yang disampaikan pun mesti benar-benar dihayati dan dilaksanakan setelah nanti kembali ke Tanah Air.
Para jamaah nampak antusias menyimak setiap pemaparan soal memaknai haji (Rachmadin Ismail/detikcom)
Penceramah lainnya adalah Sunandar Ibnu Nur, dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang salah satu pointnya menekankan pentingnya kesadaran untuk berbuat baik sekecil apapun selagi masih ada kesempatan umur. Sebab, pada hari kiamat, kebaikan sebesar biji sawi bisa menjadi penentu timbangan seseorang dan itu tidak dapat diharapkan dari siapapun.
Proses bimbingan ibadah yang berlangsung hingga sekitar dua jam ini disambut antusias oleh jemaah. Mereka tampak duduk khusyuk mendengarkan ceramah yang disampaikan dan ikut bertanya dalam sessi tanya jawab.
Fauzan Albaz dari Bangkalan menilai bimbingan ibadah ini sangat positif, terutama bagi jemaah yang baru pertama kali menunaikan ibadah haji. "Ini lebih positif, sehingga jemaah yang baru pertama kali berhaji menjadi lebih mantap," ujarnya.
Dalam sepekan terakhir, tim bimbingan ibadah haji bersama para konsultan secara simultan mengadakan kegiatan bimbingan ibadah di beberapa sektor pemondokan jemaah haji. Dalam sehari setidaknya ada tiga jadwal bimbangan, pagi, setelah dhuhur, dan setelah magrib.
Tim konsultan yang terdiri dari 6 orang pakar di sebar ke beberapa pemondokan untuk memberikan bimbingan secara terjadwal. Proses bimbingan ini akan terus berjalan mengingat ada lebih dari 100 pemondokan jemaah haji Indonesia di Makkah.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Kontributor

Kolom