------------------------------------------
Kamis 25 Aug 2016, 19:00 WIB
Laporan Dari Arab Saudi
Rachmadin Ismail - detikNews.
Resent by Sunandar Ibnu Nur.
------------------------------------------
Makkah - Para jemaah Indonesia diingatkan agar memahami makna filosofi haji sebenarnya, yakni menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bersih. Datang ke Tanah Suci setelah penantian sekian lama jangan diniatkan hanya untuk mencari gelar haji atau hajah.
Hal ini disampaikan
dalam acara pengajian tim konsultan bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah
bersama para jemaah Indonesia dari kloter 6 embarkasi Surabaya (SUB
06), Kamis (25/8/2016). Ada sekitar ratusan jemaah lelaki dan wanita
memadati tempat salat di Hotel Dar Hadi di kawasan Aziziyah, Makkah,
tempat tinggal mereka.
Para jemaah ini berasal Bangkalan, Madiun,
dan Surabaya. Mereka berkumpul untuk mendengarkan pengajian dari Kasi
Bimbingan Ibadah Tawwabuddin, Koordinator Konsultan Bimbingan Ibadah
Prof. Aswadi, serta anggota konsultan lainnya.
Hal yang pertama
diingatkan adalah pentingnya niat haji untuk memperbaiki diri dan
membersihkan hati. Bukan mencari gelar untuk dibanggakan kepada
tetangga, atau niat lainnya.
Dalam ceramahnya, KH Ihsanuddin
Abdan menjelaskan proses perjalanan ibadah haji, mulai dari mengambil
miqat dan niat di tempat pemondokan masing-masing, perjalanan menuju
Arafah, Muzdalifah, Mina, hingga Tawaf Ifadlah, Sai, dan Tahallul. Satu
persatu proses haji kemudian dijelaskan oleh kyai yang juga pengasuh
Ponpes Awaliyah Alawi Magelang ini. Saat wukuf di Arafah, Kyai Ihsan
mengingatkan para jemaah untuk memanfaatkan momen tersebut guna memohon
ampunan dan berdoa.
Ratusan jemaah lelaki dan wanita memadati
tempat salat di Hotel Dar Hadi di kawasan Aziziyah, Makkah (Rachmadin
Ismail/detikcom)
"Selama ini mungkin kita sering berbuat zalim
kepada anak istri, keluarga, tetangga, dan lainnya. Saat itu kita mohon
ampunan dan yakin kalau Alah mengampuni," ujarnya.
"Akui
kezaliman dan ketidakberdayaan kita. Barangsiapa mengerti kezaliman dan
kedlaifan kita, maka dia akan tahu bahwa Allah lah Yang Maha Segalanya,"
tambahnya.
Hal sama disampaikan oleh Prof. Aswadi. Menurutnya,
wukuf berarti berhenti. Karenanya, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya
ini mengajak jemaah untuk melangitkan harapan kepada Allah agar diberi
kemampuan meninggalkan yang tidak benar. Harapan lainnya adalah agar
diberi kekuatan istiqamah sehingga bisa melaksanakan nilai-nilai Islam
yang diajarkan Rasulullah sepanjang zaman.
"Setelah meminta
kemampuan meninggalkan yang tidak benar dan melaksanakan yang baik
harapan lainnya adalah supaya setiap kita dapat mengembangkan kebaikan
kepada orang lain sehingga mereka yang saat ini sedang mengalami
kesulitan mendapat kemudahan dari Allah," ujar Aswadi.
Sementara
mengambil kerikil di Muzdalifah dimaknai sebagai mengambil penyakit di
hati yang paling dalam. Setelah itu, kerikil berisi penyakit hati
dibuang di jamarot. Dengan demikian, setelah prosesi haji, hati kita
akan bersih dari sifat-sifat buruk.
"Ini juga momentum penting untuk menjaga kebersihan dan ketulusan dan membuangnya dengan rido Allah SWT," tambah Aswadi.
Karena itu, dia mengingatkan agar para jemaah melakukan ritual haji
dengan sungguh-sungguh. Doa yang disampaikan pun mesti benar-benar
dihayati dan dilaksanakan setelah nanti kembali ke Tanah Air.
Para jamaah nampak antusias menyimak setiap pemaparan soal memaknai haji (Rachmadin Ismail/detikcom)
Penceramah lainnya adalah Sunandar Ibnu Nur, dosen UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta yang salah satu pointnya menekankan pentingnya
kesadaran untuk berbuat baik sekecil apapun selagi masih ada kesempatan
umur. Sebab, pada hari kiamat, kebaikan sebesar biji sawi bisa menjadi
penentu timbangan seseorang dan itu tidak dapat diharapkan dari
siapapun.
Proses bimbingan ibadah yang berlangsung hingga sekitar
dua jam ini disambut antusias oleh jemaah. Mereka tampak duduk khusyuk
mendengarkan ceramah yang disampaikan dan ikut bertanya dalam sessi
tanya jawab.
Fauzan Albaz dari Bangkalan menilai bimbingan ibadah
ini sangat positif, terutama bagi jemaah yang baru pertama kali
menunaikan ibadah haji. "Ini lebih positif, sehingga jemaah yang baru
pertama kali berhaji menjadi lebih mantap," ujarnya.
Dalam
sepekan terakhir, tim bimbingan ibadah haji bersama para konsultan
secara simultan mengadakan kegiatan bimbingan ibadah di beberapa sektor
pemondokan jemaah haji. Dalam sehari setidaknya ada tiga jadwal
bimbangan, pagi, setelah dhuhur, dan setelah magrib.
Tim
konsultan yang terdiri dari 6 orang pakar di sebar ke beberapa
pemondokan untuk memberikan bimbingan secara terjadwal. Proses bimbingan
ini akan terus berjalan mengingat ada lebih dari 100 pemondokan jemaah
haji Indonesia di Makkah.
0 komentar:
Posting Komentar